h1

ketahanan pangan

Januari 13, 2010

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota rumah tangga dalam sehari. Satu rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas ketersediaan pangan jika mempunyai persediaan pangan diatas cutting point (240 hari untuk Provinsi Lampung dan 360 hari untuk Provinsi NTT) dan anggota rumah tangga dapat makan 3 (tiga) kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut.

Dengan asumsi bahwa di daerah tertentu masyarakat mempunyai kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari, frekuensi makan sebenarnya dapat menggambarkan keberlanjutan ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Dalam satu rumah tangga, salah satu cara untuk mempertahankan ketersediaan pangan dalam jangka waktu tertentu adalah dengan mengurangi frekuensi makan atau mengkombinasikan bahan makanan pokok (misal beras dengan ubi kayu). Penelitian yang dilakukan PPK-LIPI di beberapa daerah di Jawa Barat juga menemukan bahwa mengurangi frekuensi makan merupakan salah satu strategi rumah tangga untuk memperpanjang ketahanan pangan mereka (Raharto, 1999; Romdiati, 1999).

Penggunaan frekuensi makan sebanyak 3 kali atau lebih sebagai indikator kecukupan makan didasarkan pada kondisi nyata di desa-desa (berdasarkan penelitian PPK-LIPI), dimana rumah tangga yang memiliki persediaan makanan pokok ‘cukup’ pada umumnya makan sebanyak 3 kali per hari. Jika mayoritas rumah tangga di satu desa, misalnya, hanya makan dua kali per hari, kondisi ini semata-mata merupakan suatu strategi rumah tangga agar persediaan makanan pokok mereka tidak segera habis, karena dengan frekuensi makan tiga kali sehari, kebanyakan rumah tangga tidak bisa bertahan untuk tetap memiliki persediaan makanan pokok hingga panen berikutnya.

  1. Tujuan

Tujuan Umum:

Mahasiswa mengetahui secara umum tentang ketahanan pangan, dan penanganan pasca panen.

Tujuan Khusus:

  • Mahasiswa mengetahui pengertian dari ketahanan pangan
  • Mahasiswa mengetahui konsep ketahanan pangan
  • Factor yang mempengaruhi ketahanan pangan
  • Indicator ketahanan pangan
  • Kelembagaan ketahanan pangan
  • Mahasiswa mengetahui mengapa mengapa pangan mengalami kerusakan setelah pasca panen

BAB II

Tinjauan Teoritis

  1. Pengertian Ketahanan pangan

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sementara USAID (1992) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai satu kondisi dimana masyarakat pada satu yang bersamaan memiliki akses yang cukup baik secara fisik maupun ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dietary dalam rangka untuk peningkatan kesehatan dan hidup yang lebih produktif.

Berdasarkan pengertian dan konsep tersebut di atas maka beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ”ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan”. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik (Arifin, 2004). Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan (Von Braun et al, 1992).

  1. Sistem Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi. Kinerja dari masing-masing subsistem tersebut tercermin dalam hal stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat terhadap pangan, serta pemanfaatan pangan (food utilization) termasuk pengaturan menu dan distribusi pangan dalam keluarga. Kinerja dari ketiga subsistem ketahanan pangan akan terlihat pada status gizi masyarakat, yang dapat dideteksi dari status gizi anak balita (usia dibawah lima tahun). Apabila salah satu atau lebih, dari ke tiga subsistem tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi masalah kerawanan pangan yang akan berdampak peningkatan kasus gizi kurang dan/atau gizi buruk. Dalam kondisi demikian, negara atau daerah dapat dikatakan belum mampu mewujudkan ketahanan pangan.

  1. Konsep Dan Ukuran Ketahanan Pangan

Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu:

  1. kecukupan ketersediaan pangan;
  2. stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun.
  3. aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta
  4. kualitas/keamanan pangan

Keempat komponen tersebut akan digunakan untuk mengukur ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dalam studi ini. Keempat indikator ini merupakan indikator utama untuk mendapatkan indeks ketahanan pangan. Ukuran ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dihitung bertahap dengan cara menggambungkan keempat komponen indikator ketahanan pangan tersebut, untuk mendapatkan satu indeks ketahanan pangan.

  1. Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan

Bakteri

Bakteri merupakan makhluk bersel tunggal yang berkembang biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua sel. Pada kondisi yang sangat baik, kebanyakan sel bakteri dapat membelah dan berkembang biak dalam waktu kurang lebih 20 menit.

Pada kecepatan yang tinggi ini satu sel bakteri dapat memperbanyak diri menjadi lebih dari 16 juta sel baru dalam waktu 8 jam.
Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dapat dibedakan atas empat golongan yaitu:

  • Koki (bentuk bulat)

Koki mungkin terdapat dalam bentuk tunggal (terpisah), berpasangan (diplokoki), berempat (tetra koki atau tetrad), bergerombol (stapilokoki), dan membentuk rantai (streptokoki).

  • Basili (bentuk batang) Basil mungkin terdapat dalam bentuk tunggal (terpisah) atau membentuk rantai.
  • Spirilium (bentuk spiral)
  • Vibrio (bentuk koma)

Kapang

Kapang merupakan mikroba dalam kelompok Fungi yang berbentuk filamen, yaitu struktumya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh pada tempe.

Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana. Spora merupakan alat perkembangbiakan kapang, karena pada kondisi substrat dan lingkungan yang balk spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap.

Dari satu struktur kapang dapat dihasilkan beratus-ratus spora yang mudah menyebar dan mencemari pangan, kemudian tumbuh menjadi bentuk kapang yang lengkap. Jika dilihat dl bawah mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur hifa dan spora yang berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kapang.

Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu tergantung dari jenis kapangnya. Oleh karena itu pertumbuhan kapang pada pangan mudah dilihat dengan mata, yaitu ditandai dengan perubahan warna yang menunjukkan adanya spora kapang dan sering disebut sebagai bulukan.

Selain dapat menyebabkan kerusakan pangan, beberapa kapang tertentu juga bermanfaat karena digunakan dalam proses fermentasi pangan. Tabel 1 menyajikan berbagai jenis kapang yang sering tumbuh pada pangan, serta jenis pangan yang dirusak dan kegunaannya dalam proses fermentasi pangan

Beberapa kapang jika tumbuh pada pangan dapat memproduksi racun yang berbahaya yang disebut toksin (racun) kapang atau mikotoksin. Spesies kapang yang memproduksi mikotoksin terutama adalah dari jenis Aspergillus, Penicillium dan Fusarium. Beberapa contoh mikotoksin yang sering ditemukan pada pangan misalnya aflatoksin yang diproduksi oleh Asperglllus flavus dan okratoksin yang diproduksi oleh Aspergillus ochraceus.

Virus

Virus merupakan organisme dengan ukuran yang paling kecil dibandingkan dengan organisme lainnya. Virus merupakan organisme yang tidak dapat berkembang biak sendiri melainkan harus berada pada sel organisme lainnya, oleh karena itu digolongkan ke dalam parasit. Virus sering mencemari pangan tertentu seperti susu, pangan hasil laut, dan sayur-sayuran serta air. Salah satu virus yang sering mencemari pangan yaitu virus hepatitis A, serta virus polio yang sering mencemari susu sapi mentah.

Pertumbuhan mikroba pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan setiap mikroba membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu jenis dan jumlah mikroba yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan pada setiap pangan juga berbeda, tergantung dari jenis pangan tersebut. Pada kondisi yang optimum untuk masing-masing mikroba, bakteri akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang dan kamir. Hal ini disebabkan bakteri mempunyai struktur sel yang lebih sederhana, sehingga pada kebanyakan bakteri hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk membelah. Struktur sel kapang dan kamir lebih kompleks daripada bakteri dan membutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk sel baru, yaitu sekitar 2 jam atau lebih.

Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:

Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri patogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 370C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri patogen. Mikroba perusak dan patogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4-660C. Oleh karena kisaran suhu tersebut merupakan suhu yang kritis untuk penyimpanan pangan, maka pangan tidak boleh disimpan terlalu lama pada kisaran suhu tersebut. Pangan harus disimpan pada suhu di bawah 40C atau di atas 660C. Pada suhu di bawah 4°C, mikroba tidak akan mati tetapi kebanyakan mikroba akan terhambat pertumbuhannya, kecuali mikroba yang tergolong psikrofil. Pada suhu di atas 66°C, kebanyakan mikroba juga terhambat pertumbuhannya meskipun beberapa bakteri yang tergolong termofil mungkin tidak mati.

  1. Indikator Ketahanan Pangan

Raskin Jadi Indikator Ketahanan Pangan

“Pemerintah”. Menurut dia, ketahanan pangan bisa terwujud kalau dua kondisi terpenuhi, yakni pada tatanan makro setiap saat tersedia pangan cukup, dan mikro semua keluarga, setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya

Ia menjelaskan, tekad untuk membangun ketahanan pangan telah dilakukan oleh semua negara/organisasi di dunia, bahkan sejak 1948 dengan adanya International Convenant on Economic, Social and Cultural Right (ICOSOC).

Dalam ICOSOC itu ditegaskan, hak setiap orang atas standar kehidupan yang layak baginya dan keluarganya atas pangan, sera setiap orang harus bebas dari kelaparan. (kpl/bar)

Antaranews.com (10/6). Penyalu-ran Beras bagi Masyarakat miskin (raskin) menjadi Indikator kondisi Ketahan Pangan baik di tingkat Pusat maupun di Daerah. ” Raskin itu jadi ukuran Ketahanan Pangan. Jukia Jumlahnya disalurkan ban-yak tang berarti masyarakat miskin atau Rawan Pangan juga banyak berarti Ketahanan Pangan masih Kurang,” Kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Achmad Suryana, Pada Acara Rapat Dewan Pertahanan Pangan Provinsi Bengkulu. Di in- donesia, Jumlah Masyarakat Mi-skin sekitar 35 juta jiwa, atau 12 persen dari jumlah penduduk, dan mereka itulah yang menerima Raskin. Dengan kondisi itu berarti Ketahanan pangan di Indonesia masih belum Maksimal karena masih ada penduduk yang Rawan Pangan, katanya. Ketahanan pan-gan Satu Negara bisa dikatakan sudah baik, Jika tidak ada lagi Masyarakat pangan, dan berarti juga tak ada lagi Penyaluran Raskin oleh Pemerintah.

  1. Kelembagaan Ketahanan Pangan
  • Landasan Hukum

Undang-Undang yang secara eksplisit menyatakan kewajiban mewujudkan ketahanan pangan adalah UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. UU tersebut menjelaskan konsep ketahanan pangan, komponen, serta para pihak yang harus berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Secara umum UU tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat wajib mewujudkan ketahanan pangan. UU tersebut telah dijabarkan dalam beberapa Peraturan Pemerintah (PP) antara lain: (i) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan yang mengatur tentang Ketahanan Pangan yang mencakup ketersediaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama internasional; (ii) PP Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pembinaan dan pengawasan di bidang label dan iklan pangan untuk menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab; dan (iii) PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, serta peranserta masyarakat mengenai hal-hal di bidang mutu dan gizi pangan.

Disamping mengacu pada berbagai dokumen hukum nasional tersebut, pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada komitmen bangsa Indonesia dalam kesepakatan dunia. Sebagai anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan aksi-aksi mengatasi masalah kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan di dunia. Kesepakatan tersebut antara lain tertuang dalam Deklarasi World Food Summit 1996 dan ditegaskan kembali dalam World Food Summit: five years later (WFS:fyl) 2001, serta Millenium Development Goals (MDGs) 2000, untuk mengurangi angka kemiskinan ekstrim dan kerawanan pangan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015.

BAB III

PENANGANAN PASCA PANEN

  1. Pengertian  kerusakan pangan

Kerusakan pangan sukar didefinisikan secara tegas karena sifatnya relatif. Misalnya bila ditinjau dari segi selera, bahan makanan yang dianggap oleh sebagian orang telah rusak, malahan oleh orang lain dianggap enak. Setiap orang sulit membedakan jenis kerusakan yang bagaimana yang bisa membahayakan terhadap kesehatan tubuh. Belum tentu makanan yang dianggap rusak mempengaruhi kesehatan, paling-paling nilai estetikanya atau niulai gizinya berkurang.

Terjadinya pememaran pada buah-buahan , daun kangkung atau bayam menjadi layu misalnya merupakan tanda terjadinya kerusakan; demikian pula pada bahan makanan yang digoreng menjadi gosong karena pemanasan yang terlalu lama menunjukkan adanya kerusakan. Dari beberapa pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa suatu bahan dikatakan rusak bila “ menunjukkan adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh pancaindera atau parameter lain yang digunakan “.

Kerusakan pangan dapat ditinjau berdasarkan nilai gizi, estetika dan keracunan. Kerusakan nilai gizi misalnya kerusakan vitamin B1 atau riboflavin dalam susu yang dibiarkan di udara terbuka, langsung kena sinar matahari atau sinar buatan. Kehilangan riboflavin ini dapat dicegah bila susu disimpan pada suhu rendah dan terlindung dari cahaya/ sinar. Daun sawi yang telah layu, buah-buahan dan sayur-sayuran yang warnanya pucat meskipun tidak berbahaya pada/bagi kesehatan, tetapi secara estetika dianggap rusak karena kenampakannya kurang bagus. Kerusakan yang menimbulkan masalah serius ialah terjadinya keracunan pada makanan.

  1. Penyebab dan Jenis Kerusakan pangan :

Apakah penyebab utama kerusakan pangan?

Penyebab utama kerusakan pangan adalah :

1. Pertumbuhan dan aktivitas mikoorganisme

2. Enzim

3. Hama ( serangga, parasit, dan binatang mengerat)

4. Suhu, baik suhu tinggi maupun suhu rendah

5. Air

6. Udara, khususnya oksigen

7. Cahaya/sinar

8. Waktu penyimpanan

  1. Jenis kerusakan pangan

1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba

Mikroba adalah jasad hidup berukuran sangat kecil, tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi dapat dilihat melalui mikroskop; dapat ditemukan di mana saja baik di tanah, air, udara, di permukaan kulit, bulu, permukaan buah, sayuran , biji-bijian, bahkan di dalam usus manusia dan hewan.

  1. Mikroba yang menguntungkan, adalah mikroba yang berperan dalam proses fermentasi pangan, misalnya dalam pembuatan tempe, oncom, tape, tauco, keju, kecap, yoghurt, dll. Dalam proses fermentasi, mikroba yang diinginkan ditingkatkan pertumbuhannya, sedangkan mikroba yang tidak diinginkan pertumbuhannya dihambat.
  2. Mikroba yang merugikan. Mikroba yang termasuk golongan ini yaitu mikroba yang menimbulkan penyakit, mensintesis racun dan yang menyebabkan pembusukan. Sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dll. akan mengalami kontaminasi oleh mikroba setelah kulitnya dikupas atau mengalami kerusakan.

2. Enzim

Pada biji-bijian dan serealia yang telah disimpan dalam waktu yang cukup lama masih terjadi peristiwa respirasi, perkecambahan dan pertumbuhan. Hal ini disebabkan adanya enzim-enzim, yang masih tetap bekerja pada bahan tersebut. Enzim yang terdapat secara alami dalam bahan makanan dapat berasal dari bahannya sendiri maupun dari mikroba yang mencemari bahan tersebut.

Aktivitas enzim berlangsung sejak bahan tersebut masih di pohon/belum dipetik sampai di dalam ruang penyimpanan, dan dapat menyebabkan perubahan pada komposisi bahan makanan. Aktivitas enzim dapat merugikan atau menguntungkan terhadap bahan. Beberapa aktivitas enzim yang menguntungkan antara lain : pematangan buah-buahan setelah dipetik/dipanen karena adanya enzim pektinase, pengempukan daging dengan enzim papain, dan lain-lain.

3. Hama (serangga, parasit , binatang mengerat)

Serangga merupakan penyebab kerusakan yang terutama pada serealia, buahbuahan juga sayur-sayuran. Beberapa jenis serangga misalnya semut dan kecoa lebih tepat digolongkan sebagai kontaminator. Sebagian serangga digolongkan pula sebagai serangga gudang, yaitu serangga yang terutama menyebabkan kerusakan pada bahan yang disimpan.

Kerusakan yang disebabkan serangga terutama karena melukai permukaan bahan pangan, sehingga dapat terjadi kontaminasi oleh mikroba. Kerusakan karena serangan serangga di negara-negara maju sekitar 5 – 10 %, sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang dapat mencapai 50 %. Kontaminasi bahan makanan oleh serangga tidak dapat dikendalikan secara sempurna, karena itu di negara-negara yang sudah maju misalnya Amerika Serikat ditetapkan standar kontaminasi yang masih diperbolehkan. Kondisi optimum untuk pertumbuhan serangga ialah pada kadar air 14 %. Aktivitas serangga dalam ruang penyimpanan dapat dikendalikan dengan mengatur suhu ruangan. Pada suhu rendah, pertumbuhan serangga lambat dan pada suhu di bawah 15,6 oC pertumbuhan serangga terhenti. Pada suhu tinggi, serangga tumbuh optimum. Itulah sebabnya daerah tropis cocok untuk hidup serangga.

4. Suhu

Tergantung pada jenis bahan pangan, suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempercepat kerusakan bahan pangan. Suhu dapat merusak baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu terjadinya perubahan sifat fisik (mentega kalau dipanaskan akan mencair) dan secara tidak langsung dengan mempercepat aktivitas enzim dan mikroba pembusuk.

Pemanasan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein, pemecahan emulsi lemak dan rusaknya vitamin. Pendinginan yang tidak diawasi juga dapat merusak bahan.

Sayur-sayuran dan buah-buahan yang dibekukan mengalami perubahan tekstur pada waktu “ thawing “, setelah bahan dikeluarkan dari tempat pembeku. “Thawing “ yaitu pencairan kembali kristal-kristal es dari bahan yang dibekukan. Pada waktu terjadi thawing, tekstur bahan berubah dari keras menjadi lunak.

Pembekuan juga menyebabkan kerusakan pada bahan yang berbentuk cair, misalnya susu. Pada pembekuan susu dapat terjadi pemecahan emulsi dan pemisahan lemak; protein susu mengalami denaturasi yang dapat mengakibatkan penggumpalan atau koagulasi.

Untuk mempertahankan kualitasnya, beberapa jenis bahan tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 10 oC, misalnya tomat.

Kerusakan karena suhu dingin dapat berupa penyimpangan warna, permukaan bahan menjadi bercak-bercak, dll.

5. Kandungan Air dalam Bahan

a. Air dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalm bahan pangan, misalnya reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim.

b. Bahan pangan yang mudah rusak adalah bahan pangan yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Air dibutuhkan oleh mikoba untuk pertumbuhannya.

c. Menurunnya atau menaiknya kadar air menyebabkan bahan kurang menarik untuk dimakan.

d. Kapang tumbuh cepat pada roti dan keju yang dibiarkan terbuka.

e. Penguapan air menyebabkan pelayuan, pengeringan dan kadang-kadang kehilangan vitamin.

f. Terjadinya kondensasi air pada permukaan bahan mengakibatkan perkembang biakan bakteri dan pertumbuhan kapang. Kondensasi dapat pula terjadi di dalam bahan, misalnya pada bahan pangan yang dikemas. Dengan adanya respirasi dan transpirasi dari bahan, dapat dihasilkan air. Air terperangkap dalm wadah kemasan dan dapat memungkinkan umbuhnya mikroba.

g. Bahan pangan kering juga menghasilkan air dan akibatnya kelembaban nisbi berubah. Uap air ini akan berkondensasi kembali pada permukaan bahan, terutama bila suhu penyimpanan menurun.

h. Berbagai reaksi di dalam bahan pangan serta tumbuhnya mikroba memerlukan air bebas. Air yang terikat kuat secara kimia sulit digunakan mikroba untuk hidupnya. Dengan menambahkan gula, garam atau senyawa sejenis lainnya dalam jumlah yang cukup, dapat mengikat air tersebut dan makanan menjadi awet, meskipun kandungan airnya masih cukup tingg Makanan seperti ini disebut makanan semi basah, contohnya selai, jeli dan sejenisnya.

6. Udara

  • Dari semua komponen gas yang terdapat dalam udara, maka oksigen merupakan gas yang penting ditinjau dari segi pengolahan pangan.
  • Oksigen dapat memercepat kerusakan lemak, yaitu dengan terjadinya ketengikan secara oksidatif pada bahan pangan yang berlemak. Kerusakan lemak ditandai dengan bau tengik karena terjadinya perubahan cita rasa.
  • Oksigen dapat merusak vitamin A dan vitamin C. Oksigen juga dapat menimbulkan kerusakan warna, sehingga produk pangan menjadi pucat
  • Oksigen adalah komponen penting untuk pertumbuhan kapang.
  • Kapang hidupnya aerobik, karena itu kapang dapat diketemukan tumbuh pada permukaan bahan pangan atau di dalam bagian bahan yang rusak.

7. Cahaya/Sinar

Kerusakan bahan pangan karena cahaya/sinar jelas terlihat pada makanan yang berwarna. Warna bahan pangan atau makanan dapat menjadi pucat.

  • Sinar seperti juga oksigen dapat merusak vitamin, misalnya vitamin B2, vitamin A dan vitamin C.
  • Susu yang disimpan di dalam botol transparan dapat rusak karena sinar, yaitu menimbulkan bau tengik karena terjadinya oksidasi. Bahan pangan yang peka terhdap cahaya dapat dilindungi dengan cara pengepakan memakai bahan yang tidak tembus sinar.

8. Waktu penyimpanan

  • Sesaat sesudah penyembelihan, panen atau pengolahan terdapat saat dimana bahan pangan mempunyai kualitas terbaik, tetapi tidak berlangsung lama. Setelah itu kualitas akan terus menurun.
  • Pertumbuhan mikroba, aktivitas enzim, serangan hama, pemanasan, pendinginan, dll. semuanya itu dipengaruhi oleh waktu. Makin lama waktu berlangsung, makin besar kerusakan yang terjadi.
  • Pada beberapa jenis bahan pangan misalnya keju atau anggur, waktu yang makin lama justru diinginkan karena kualitasnya menjadi lebih baik; namun demikian pada produkproduk ini ada batas waktu tertentu dimana kualitasnya optimal.
  1. Teknologi Penanganan Pasca Panen

Infeksi penyakit pascapanen buah-buahan terjadi baik pada saat buah masih berada di pertanaman maupun pada saat buah dipanen atau selama penanganan pascapanen. Infeksi prapanen disebut infeksi laten, walaupun demikian, infeksi dapat berlangsung ketika buah masih di pohon ataupun penetrasi melalui luka saat panen dan penanganan pascapanen. Infeksi saat di pohon dapat terjadi ketika buah masih sangat muda dan tidak menampakkan adanya gejala busuk buah.

OPT pascapanen pada umumnya disebabkan oleh cendawan atau bakteri. Spora umumnya berkecambah pada permukaan kulit buah, kemudian membentuk appressoria dan hifa untuk menginfeksi dan tetap tinggal dalam lapisan sel pada kulit dalam kondisi laten. Ketika buah mencapai kematangan, mikroorganisme tersebut baru aktif dan memperlihatkan gejala serangan hingga menyebabkan busuk buah. Infeksi laten tersebut dilakukan oleh Colletotrichum gloeosporioides. Busuk buah lainnya disebabkan oleh infeksi mikroorganisme melalui luka-luka saat panen atau penanganan pascapanen dan menyebabkan busuk buah.

Spora Colletotrichum gloeosporioides berkecambah di permukaan buah yang sedang berkembang dan setelah beberapa saat ujung hifa menggelembung dan membentuk alat pelekat, antara 24 – 72 jam, ujung hifa yang membengkak membentuk alat yang dapat menembus kutikula secara mekanik dan kapang masuk ke dalam buah serta akan dorman di bawah kutikula.

Dengan semakin tua dan matangnya buah, maka cendawan yang dorman itu akan berangsur–angsur berkembang. Perkembangan cendawan makin cepat dengan makin matangnya buah setelah dipanen. Cendawan Colletotrichum gloeosporioides, adalah cendawan penyebab penyakit antraknosa, tumbuh makin meluas menimbulkan gejala warna coklat pada kulit buah. Warna coklat ini timbul karena cendawan tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis selulosa kulit buah, sehingga kulit buah menjadi terdisintegrasi dan lunak serta berubah warna menjadi coklat. Noda coklat lama kelamaan meluas dan warnanya makin gelap dan akhirnya busuk. Adanya noda-noda berwarna coklat sampai hitam di permukaan kulit buah, seperti pada mangga dan pisang, merupakan indikator adanya serangan antraknose.

Luka pada buah-buahan dapat terjadi pada saat penanganan di lapangan, panen, penanganan saat proses pengepakan (packinghouse), transportasi dan pemasaran. Adanya luka menjadi pintu gerbang masuknya cendawan penyebab kebusukan. Cendawan yang masuk lewat luka akan berkembang di dalam buah bersamaan dengan makin matangnya buah. Adanya aktivitas cendawan pembusuk dapat dilihat dengan perubahan warna kulit buah ke arah coklat dan akhirnya hitam. Serangan yang parah menyebabkan busuk berair pada bagian yang terinfeksi.

Infeksi hama pascapanen disebabkan oleh serangga lalat buah, terjadi pada saat buah masih menggantung di pohon. Lalat buah menginfeksi buah mentah dengan meletakkan telurnya di dalam buah. Telur akan berkembang menjadi larva dengan matangnya buah, baik saat masih di pohon maupun setelah dipetik. Ulat sering dijumpai pada daging buah matang (mangga, belimbing, manggis dll). Adanya larva pada buah mengindikasikan adanya infeksi lalat buah.

Pre-sorting

Pre-sorting biasanya dilakukan untuk mengeliminasi produk yang luka, busuk atau cacat lainnya sebelum pendinginan atau penanganan berikutnya. Pre-sorting akan menghemat tenaga karena produk-produk cacat tidak ikut tertangani. Memisahkan produk busuk akan menghindarkan penyebaran infeksi ke produk-produk lainnya, khususnya bila pestisida pascapanen tidak dipergunakan.

Pelilinan

Pelilinan sayuran dalam bentuk buah seperti mentimun, terung, tomat dan buah-buahan seperti apel dan peaches adalah umum dilakukan. Lilin alami yang banyak digunakan adalah shellac dan carnauba atau beeswax (lilin lebah) yang semuanya digolongkan sebagai food grade. Pelapisan lilin dilakukan adalah untuk mengganti lilin alami buah yang hilang karena operasi pencucian dan pembersihan, dan dapat membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan dan pemasaran serta membantu memberikan proteksi dari serangan mikroorganisme pembusuk. Bila produk dililin, maka pelapisan harus dibiarkan kering sebelum penanganan berikutnya.

Grading

Grading, akan tetapi, membutuhkan biaya. Alat dapat saja yang canggih dan mahal. Pada sisi lain, system grading sederhana akan membantu memanfaatkan tenaga kerja manual. Beberapa parameter dapat digunakan sebagai basis grading:

Ukuran. Parameter ini umum digunakan karena kesesuaiannya dengan aplikasi mekanis. Ukuran dapat ditentukan oleh berat atau dimensi.

Menyisihkan produk yang tidak diinginkan. Ini sering dibutuhkan untuk memisahkan produk dengan produk yang luka karena perlakuan mekanis, karena penyakit dan insekta, karena kotoran yang dibawa dari lapang dan sebagainya.

Warna. Beberapa produk sangat ditentukan oleh warna dalam penjualannya. Kematangan sering dihubungkan dengan warna dan digunakan sebagai basis sortasi, seperti pada tomat.

Pemasakan Terkendali

Gas etilen digunakan untuk mengendalikan pemasakan beberapa jenis buah. Teknik ini cukup cepat dan memberikan pemasakan yang seragam sebelum dipasarkan. Buah yang umum dikendalikan pemasakannya dengan etilen adalah pisang, tomat, pear, dan pepaya. Buah non-klimakterik seperti anggur, jeruk, nenas, dan strawberry tidak dapat dimasakan dengan cara ini. Juga buah muda tidak dapat dimasakan dengan baik dengan cara ini. Tidak ada cara untuk memasakan buah muda sampai menjadi produk yang dapat diterima

Degreening

Degreening sering dilakukan untuk memperbaiki nila pasar dari produk. Seperti pada buah jeruk Navel atau Valencia. Pada proses degreening buah diekspose pada etilen konsentrasi rendah pada suhu dan kelembaban terkendali. Etilen mempercepat perusakan pimen berwarna coklat, chlorophyll, dimana memberikan kesempatan pada warna wortel.

Curing

Proses curing adalah sebagai cara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan air, perkembangan penyakit pada beberapa sayuran umbi. Beberapa jenis komoditi di curing setelah panen sebelum penyimpanan dan pemasaran adalah bawang putih, ketela rambat, bawang merah dan sayuran umbi tropis lainnya seperti Yam dan 12 Casava Ada dua jenis curing. Pada kentang dan ketela pohon, curing memberikan kemampuan permukaan yang terpotong, pecah atau memar saat panen, untuk melakukan penyembuhan melalui perkembangan jaringan periderm pada bagian yang luka. Pada bawang merah dan putih, curing adalah berupa pengeringan pada bagian kulit luar untuk membentuk barier pelindung terhadap kehilangan air dan infeksi.

BAB IV

PENUTUP

  1. 1. KESIMPULAN

Penyalu-ran Beras bagi Masyarakat miskin (raskin) menjadi Indikator kondisi Ketahan Pangan baik di tingkat Pusat maupun di Daerah. ” Raskin itu jadi ukuran Ketahanan Pangan. Jukia Jumlahnya disalurkan ban-yak tang berarti masyarakat miskin atau Rawan Pangan juga banyak berarti Ketahanan Pangan masih Kurang,” Kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Achmad Suryana, Pada Acara Rapat Dewan Pertahanan Pangan Provinsi Bengkulu. Di in- donesia, Jumlah Masyarakat Mi-skin sekitar 35 juta jiwa, atau 12 persen dari jumlah penduduk, dan mereka itulah yang menerima Raskin. Dengan kondisi itu berarti Ketahanan pangan di Indonesia masih belum Maksimal karena masih ada penduduk yang Rawan Pangan, katanya. Ketahanan pan-gan Satu Negara bisa dikatakan sudah baik, Jika tidak ada lagi Masyarakat pangan, dan berarti juga tak ada lagi Penyaluran Raskin oleh Pemerintah.

  1. 2. Saran

Dengan mengatahui penyabab dari kurasakan pangan hendaknya mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya dengan menggunakan teknologi dalam penanganan pangan, dan dengan mengetahui konsep ketahanan pangan mahasiswa diharapkan mampu mewujudkan swasembada pangan untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya

h1

sistim imformasi kes

Mei 21, 2009

download:

http://www.geocities.com/sant_romi_88/KOMPUTER.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Penerapan_informasi_dalam_manajemen.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/Pengantar_sistem_informasi.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/SIK_kabupaten_kota.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/SIMTEM_INFORMASI_PUSKESMAS.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/sistem.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/SISTEM_INFORMASI.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/Sistem_informasi_rumah_sakit.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/Sumber_informasi.ppt

h1

Kesehatan kerja

Mei 21, 2009

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Dimensi_Hubungan_Indusrial.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Kebijakan_PAK.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Program_Jamsostek.ppt
http://www.geocities.com/sant_romi_88/Sistim_pengawasan_TK_1.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Sistim_Pengawasan_Tk_2.ppt

h1

patologi kesehatan

April 27, 2009

download:

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Neoplasma.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/Tuberkulosis.ppt

h1

ilmu kependudukan

April 27, 2009

silahkan download:

http://www.geocities.com/sant_romi_88/piramida_penduduk.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/sumberdata_demografi.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/KB_dalam_fertilitas_penduduk.ppt

h1

PSIKOLOGY KESEHATAN

April 26, 2009

DOWNLOAD:

http://www.geocities.com/sant_romi_88/PRILAKU_MANUSIA.ppt

http://www.geocities.com/sant_romi_88/PRINSIP_BELAJAR.ppt


PSIKOLOGI KESEHATAN

  1. Psikologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan dengan kesehatan. Perilaku apa saja yang anda temui berkaitan dengan masalah kesehatan di lingkungan anda dan bagaimana pendapat anda tentang perilaku tersebut.
  2. Mengapa anda perlu mempelajari Psikologi? Apa hubungannya dengan kesehatan masyarakat?
  3. Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian manusia terdiri dari aspek yaitu Id, ego dan superego yang masing-masing memiliki fungsi, prinsip dan dinamika. Jelaskan ketiga aspek tersebut dengan contoh dalam perilaku manusia
  4. Menurut John. B. Watson Tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Tingkah laku apa yang dapat anda terapkan dalam bidang kesehatan?
  5. Bagaimanakah pendapat Rogers tentang tingkah laku manusia? Jelaskanlah
  6. Apa yang dimaksud dengan stres? Apa yang menyebabkan seseorang menjadi stres? Dan apa upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi stres pada diri anda?
  7. Jelaskanlah dengan contoh maksud kompensasi, sublimasi, dan proyeksi! Bagaimana penerapannya dalam bidang kesehatan masyarakat?


1. Psikologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan dengan kesehatan. Perilaku apa saja yang anda temui berkaitan dengan masalah kesehatan di lingkungan anda dan bagaimana pendapat anda tentang perilaku tersebut.

a. Perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan adalah kebiasaan merokok.

Pada umumnya para perokok menyadari akan bahayanya merokok bagi kesehatan dirinya dan juga dapat menganggu kesehatan orang yang disampingnya/atau perokok pasif. Tapi biasanya paru perokok tidak mementingkan kesehatan dirinya apalagi orang lain, yang diutamakannya adalah enaknya merokok, tanpa mempertimbangkan efek samping dari merokok tersebut seperti penyakit kangker, serangan jantung. Gangguan kehamilan dan impotensi.

2. Mengapa anda perlu mempelajari Psikologi? Apa hubungannya dengan kesehatan masyarakat?

Phisikolgi adalah ilmu tentang jiwa atau tingkah laku manusia, jadi bagai bagaimana kita bisa berinteraksi dengan masyarakat, apabila kita tidak memahami phikologi masyarakat tersebut, maka itulah psikologi ini sangat erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, kita dituntut untuk bisa memahami karakteristik orang atau kelompok masyarakat sebelum kita melakukan penyuluhan atau memberi informasi kesehatan kepada mereka.

3. Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian manusia terdiri dari aspek yaitu Id, ego dan superego yang masing-masing memiliki fungsi, prinsip dan dinamika. Jelaskan ketiga aspek tersebut dengan contoh dalam perilaku manusia

Id :

Bagian pribadi yang menyimpan dorongan ”Biologis” manusia paling asli yang karakter ini dibawa sejak lahir.

Ego :

Mediakor antara hasrat hewani dengan tuntutan rasional dengan realistik, menghiang ketegangan sebagai perwujudan.

Ex. Ketika kita merasa lapar, ketika itulah kita harus berusaha untuk mendapatkan makanan, untuk menghilangkan rasa lapar yang kita rasakan.

Super Ego : Posisi kepribadian, mewakili yang ideal yang berfungsi untuk menentukan masa yang salah dan mana yang benar.

Ex. Saat kita merasa lapar tersebut, kita harus mempertimbangkan halal/haram makanan tersebut atau layak atau tidaknya makanan tersebut kita makan.

4. Menurut John. B. Watson Tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Tingkah laku apa yang dapat anda terapkan dalam bidang kesehatan?

Tidak merokok didalam ruangan rumah sakit, tersebut tidak dilakukannya ada aturan ”Areal No Smoking” dan dia pun menyadarinya/mengendalikan bahwa peraturan tersebut tidak pantas dia longgar karena dapat membahayakan orang atau perokok pasif.

5. Bagaimanakah pendapat Rogers tentang tingkah laku manusia? Jelaskanlah

Rogers :

Ada suatu kuasa aktif yang menggerakkan mereka kearah kesempurnaan. Apabila personiliti individu ”Membuka dirinya dalam keadaan semula yang baik dan individu akan terlepas dari masalah yang dihadapinya dan akan muncul aspek yang positif.

Maksudnya :

Apabila kita menghadapi masalah, jangan terlalu memandang terlalu rumit dan menanggapi masalah yang dihadapinya terlalu besar sehingga ia berfikir tidak dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya itu.

Tapi cobalah untuk membuka diri dan berfikir jernih maka pikiran bawah sadar akan membawa kita kearah yang positif sehingga masalah yang kita hadapi tersebut. Cepat selesainya.

6. Apa yang dimaksud dengan stres? Apa yang menyebabkan seseorang menjadi stres? Dan apa upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi stres pada diri anda?

Stress :

Reaksi-reaksi individu terhadap faktor-faktor baru atau yang mengancam, yang timbul dalam lingkungan dalam artian luas. Yang intinya ”Stress mengandung tekanan terhadap manusia”

Penyebab :

Perbedaan persepsi, emosi, dan faktor lain yang melekat pada diri manusia tersebut.

Terlalu memikirkan masalah yang dihadapinya, tanpa memikirkan jalan keluarnya dari masalah yang dihadapi.

Agar Terhindar :

Berfikir positiflah, dan kalau bisa jangan terlalu memikirkan masalah yang sedang dihadapi. Apabila terlalu difikirkan akan meningkatkan kimiawi dalam tubuh yang menyebabkan penyakit fisik.

Percayalah, tuhan tidak akan memberikan cobaan pada hambanya, kalau hambanya tersebut tidak sanggup menyelesaikannya atau melewati cobaan tersebut.

7. Jelaskanlah dengan contoh maksud kompensasi, sublimasi, dan proyeksi! Bagaimana penerapannya dalam bidang kesehatan masyarakat?

Kompensasi :

Seorang dokter yang telah memeriksa pasiennya, maka dokter akan memberikan obat kepada pasien yang sakit tersebut. Maka pasien juga harus memberi imbalan akan jasa dokter dan biaya obat tersebut.

Sublimasi :

Rangsangan bawah sadar kita, apabila penyakit yang kita derita dapat berkurang atau bahkan sembuh, maka kita akan memberikan sesuatu pada dokter tersebut. Yang intinya bukan kompensasi.

Proyeksi :

”Kesadaran tertinggi pikiran”

Tidak membuang sampah kekali, karena akan menyebabkan penyumbatan pada umumnya para perokok atau kalau rokok itu membahayakan kesehatan tidak hanya kesehatan dirinya saja akan tetapi juga orang yang berada didekatnya saat dia merokok.

h1

fisika kesehatan

April 26, 2009

ringkasan fisika ini terdiri dari : 1. suhu 2. biolistrik 3. instrumentasi 4. fisika atom dan radioaktif

silahkan download di :

http://www.geocities.com/sant_romi_88/fisika_kes

h1

kespro

April 21, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Dewasa ini kesehatan reproduksi (kespro) mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan.

Di Indonesia pun kespro mendapat perhatian khusus dari pemerintah, mengingat banyak masalah-masalah kespro terjadi di masyarakat. Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, kurangnya pengetahuan remaja tentang kespro yang akibatnya dapat terjadi kehamilan dan aborsi serta jumlah kasus HIV yang tidak bisa dihambat.

Ada empet komponen yang di prioritaskan mengenai Kesehatan Reproduksi di Indonesia diantaranya adalah kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir, keluarga berencana (KB), KesPro remaja, PMS dan HIV AIDS.

Ruang lingkup kespro mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kespro adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kespro pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

  1. Tujuan

a. Tujuan umum

Menberitahu kepada pembaca lebih mendalam tentang kesehatan reproduksi ( KesPro ), dan memberitahu kepada masyarakat dan pembaca tentang HIV & AIDS.

b. Tujuan Khusus

Disini penulis bertujuan untuk memberitahu kepada pembaca tentang:

    • Hak reproduksi
    • Siklus hidup reproduksi
    • Organ reproduksi perempuan
    • Oragan reproduksi laki-laki
    • Sex dan kehamilan
    • Pencegahan kehamilan
    • Penyakit menular seksual (PMS)
    • HIV AIDS

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  1. Definisi kesehatan reproduksi

Kespro didefinisikan sebagai “keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.

Di Indonesia saat ini, disepakati ada empat komponen prioritas kespro, yaitu:

* Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

* Keluarga berencana

* Kespro remaja

* PMS dan HIV/AIDS

Pelayanan yang mencakup empat komponen prioritas diatas disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Usia Lanjut, maka pelayanan yang diberikan disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK).

  1. Hak Reproduksi

Hak reproduksi perorangan dapat diartikan bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas, sosial, suku, umur, agama dll) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak serta untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Secara praktis, hak reproduksi dijabarkan sebagai berikut :

* Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.

* Perempuan dan laki-laki sebagai pasangan atau sebagai individu berhak memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kespro.

* Hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan.

* Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan serta memperoleh bayi yang sehat.

* Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur paksaan, ancaman dan kekerasan.

* Remaja laki-laki dan perempuan berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab

* Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh, lengkap dan akurat mengenai PMS dan HIV/AIDS

  1. Siklus hidup reproduksi

Ruang lingkup kespro mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kespro adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kespro pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, yaitu :

1. Konsepsi

2. Bayi dan Anak

3. Remaja

4. Usia subur

5. Usia lanjut

Gambaran Pendekatan Siklus Hidup Kesehatan reprodiksi untuk laki-laki dan perempuan

Konsepsi

– Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan

– Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas,

serta pelayanan bayi baru lahir

Usia Tua

– Perhatian pada problem meno/andro-pause

– Perhatian pada penyakit utama degeratif, termasuk

Rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis

– Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat

Bayi dan Anak

– ASI eksklusif dan penyapihan yang layak

– Tumbuh kembang anak, pemberian makanan

dengan gizi seimbang

– Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit

– Pencegahan dan penanggulangan kekerasan

– Pendidikan dan kesempatan yang sama pada

Anak laki-laki dan perempuan

Usia Subur

– Kehamilan dan persalinan yang aman

– Pencegahan kecacatan dan kematian akibat

kehamilan pada ibu dan bayi

– Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan

dengan penggunaan alat kontrasepsi

– Pencegahan terhadap IMS dan HIV/AIDS

– Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

– Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi

secara rasional

– Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

– Pencegahan dan penanganan infertilitas

Remaja

– Gizi seimbang

– Informasi tentang kespro

– Pencegahan kekerasan, termasuk seksual

– Pencegahan thd ketergantungan napza

– Perkawinan pada usia yang wajar

– Pendidikan, peningkatan ketrampilan

– Peningkatan penghargaan diri

– Peningkatan terhadap godaan dan ancaman

Melihat gambar diatas, tampaknya perempuan mempunyai kebutuhan khusus dibandingkan laki-laki karena kodratnya untuk haid, hamil, melahirkan, menyusui dan mengalami menapouse, sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan yang lebih intensif selama hidupnya. Ini berarti bahwa pada masa-masa kritis, seperti pada saat kehamilan, terutama sekitar persalinan diperlukan perhatian khusus terhadap perempuan.

  1. Materi kesehatan reproduksi

4.1. Organ Reproduksi perempuan

* Indung telur.

Jumlah dua buah, terletak di kiri dan kanan rahim. Berfungsi mengeluarkan sel telur sebulan sekali secara bergantian

* Fimbria (ujung rahim).

Bentuknya seperti tangan. Berfungsi menangkap sel telur yang dikeluarkan oleh indung telur

* Saluran telur.

Berfungsi mengantar telur dari indung telur menuju rahim

* Rahim,

Berfungsi sebagai tempat menyimpan janin

* Leher rahim

* Liang senggama,

Berfungsi sebagai tempat keluarnya menstruasi, tempat penis saat bersenggama dan sebagai jalan keluar bayi saat melahirkan.

4.2. Organ reproduksi laki-laki

* Scrotum (kantung penis)

* Testis, jumlahnya dua buah, berfungsi memproduksi sperma

* Saluran sperma,

Berfungsi menyalurkan sperma dari testis menuju vesica seminalis

* Vesica seminalis,

Sebagai tempat dikumpulkannya sperma yang dihasilkan oleh testis. Vesica seminalis memproduksi cairan mani yang kemudian bercampur dengan sel sperma.

* Saluran kencing

* Penis

  1. Seks dan Kehamilan

Hubungan seks dapat menyebabkan kehamilan bila perempuan berada dalam masa subur. Artinya walaupun hubungan seks hanya dilakukan satu kali, perempuan sudah bisa hamil. Apalagi bila dilakukan lebih dari satu kali. Hubungan seks sebelum menikah banyak mengandung risiko, seperti : kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan atau terkena penyakit menular seksual.

Kehamilan dapat terjadi karena pertemuan benih laki-laki dan perempuan. Pada saat hubungan seks dilakukan, alat kelamin laki-laki masuk ke dalam vagina. Bila terjadi ajakulasi (pengeluaran sperma dan cairan mani) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang berisiko terjadinya pembuahan dan kehamilan.

Tanda-tanda kehamilan meliputi :

· Tidak datang haid

· Pusing dan muntah pada pagi hari

· Buah dada membesar

· sekitar putting susu agak gelap

· Perut ibu membesar.

Kehamilan pada masa remaja dapat menyebabkan berbagai risiko yang mengancam remaja dan bayinya, yaitu : keguguran, bayi lahir sebelum waktunya serta berat badan lahir rendah, proses kelahiran dengan penyulit yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu atau bayinya. Risiko lain bagi remaja dapat mengalami gangguan kejiwaan, risiko putus sekolah serta aborsi yang tidak aman.

  1. Pencegahan Kehamilan

Kontrasepsi merupakan suatu metode untuk mencegah terjadinya kehamilan. Macamnya antara lain :

a. Metode Kontrasepsi Alamiah

Yaitu pencegahan kehamilan tanpa menggunakan alat dan tanpa pemeriksaan medis, meliputi :

· abstinesia (tidak melakukan hubungan seks)

· Senggama terputus (pada puncak senggama zakar dikeluarkan dari vagina sehingga mani keluar di luar vagina)

· Pantang berkala (tidak senggama pada masa subur).

b. Metode Kontrasepsi Buatan

Yaitu pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat, dan harus melalui pemeriksaan medis. Metode ini terdiri dari non hormonal (kondom, spermisida dan alat kontrasepsi dalam rahim) serta hormonal (pil, suntik, susuk).

  1. Perilaku seksual berisiko dan akibatnya

Perilaku seksual berisiko adalah perilaku seks yang berisiko tertular penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Beberapa perilaku seksual beresiko yang perlu diketahui adalah :

a. Homoseksual dan biseksual

Homoseksual adalah suatu kondisi tertentu di mana seseorang dapat tertarik dengan sesama jenisnya. Hubungan antara laki-laki dan laki-laki dikenal dengan istilah gay, sedangkan jika wanita dengan wanita lainnya disebut lesbian. Mereka yang tertarik dengan sesama jenisnya dapat juga tertarik dengan lawan jenis serta dorongan seksual timbul terhadap keduanya atau disebut biseksual.

b. Hubungan seksual anal

Yaitu hubungan seks yang dilakukan dengan cara memasukkan alat kelamin pria ke dubur pasangannya. Perilaku ini dapat mengakibatkan luka pada anus, sehingga berisiko tertular PMS dan HIV/AIDS.

c. Hubungan seksual oral

Yaitu hubungan seks yang dilakukan dengan cara memasukkan alat kelamin ke mulut pasangannya. Perilaku ini berisiko tertular PMS dan HIV/AIDS.

  1. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS

a. Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS merupakan penyakit yang menular terutama melalui hubungan seksual. PMS ini akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Pada laki-laki, gejalanya lebih mudah dikenali/dirasakan. Sedangkan pada perempuan, sebagian besar tanpa gejala sehingga cenderung tidak mencari pengobatan dan menjadi sumber penularan PMS.

Ada 3 gejala utama dalam PMS dan jenisnya, yaitu:

§ Tubuh/cairan : gonore/kencing nanah, radang saluran kemih, klamidia dan kandidiasis genital,

§ Tukak/luka : sipilis/raja singa, herpes,

§ Gejala tumbuhan : kutil kelamin/jengger ayam.

b. HIV/AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala/syndrome akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Penyebabnya adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel-sel pertahanan tubuh. Sehingga mengakibatkan kerusakan sistim kekebalan tubuh, sehingga penderita mudah lelah, letih dan sebagainya.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikan tempat berkembang biak virus HIV baru, kemudian merusak sehingga tidak dapat digunakan lagi.

Sebagai mana kita ketahui sel darah putih sangat diperlukan untuk kekebalan tubuh, tanpa kekebalan tubuh saat tubuh kita diserang penyakit maka tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena atau diserang kuman influenza maupun pilek biasa.

Ketika tubuh kita diserang virus HIV maka tidak lansung menyababkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyababkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

Tanda dan Gejala Penyakit AIDS pada seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.

Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang.

Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.

Pada penderita penyakit HIV & AIDS biasanya dapat kita lihat seperti:
Gejala mayor :

* Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

* Diare khronis lebih dari 1 bulan

* Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

* Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.

Gejala minor:

* Batuk menetap lebih dari 1 bulan

* Gangguan kulit pada seluruh tubuh

* Herpes zoster berulang

* Herpes simpleks kronis

* Pembesaran kelenjar limpa

* Infeksi jamur pada alat kelamin wanita

* Jamur di sekitar mulut

Selain dari gejala diatas juga dapat ditemukan gejala seperti dibawah ini:

1.Saluran pernafasan.

Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan.

Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.

3. Berat badan tubuh.

Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan.

Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit).

Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita.

Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

Cara Penularan pada penyakit HIV & AIDS adalah:

* Penyakit ini dapat tertular melalui hubungan seksual

* Melalui jarum suntik

* ibu ke bayinya ( pada saat menyusui)

* Transfusi darah.

* Terkena darah HIV positif pada kulit yang terluka.

* Melalui air mani. ( penderita tidak menggunakan kondom saat berhubungan intim )

* Oralsex

* Melalui cairan vagina saat berhubungan

* Pinjam meminjam alat Bantu sex

* Dll.

  1. Kewaspadaan yang dapat dilakukan oleh masyarakat:

Untuk menghindari tertular HIV/AIDS maka masyarakat harus menghindari hubungan seks secara bebas atau memakai kondom sewaktu melakukan hubungan seksual.

Bagi pemakai narkoba dengan jarum suntik, maka tidak memakai jarum suntik secara beramai-ramai, dan hendaknya para pemakai itu berhenti mengkomsumsi NARKOTIKA demi masadepannya.

Dalam melakukan Pencegahan Penyakit HIV & AIDS hendaknya:

* Melakukan seks yang baik dan aman.

* Tidak menjadi pengguna narkoba.

* Tidak melakukan transfusi darah tanpa skrining Test HIV

* sebelum menikah dianjurkan untuk melakukan skrining HIV dan setelah melahirkan.

* Skrining terhadap donor darah. ( Orang dengan HIV/AIDS tidak melakukan donor darah).

Pada penderita HIV positif adapun cairan yang tidak mengandung virus HIV adalah:

* Saliva ( air ludah)

* Urin ( air kencing)

* Feses ( buang air besar )

* Keringat

* Air mata.

Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDSKendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari makalah di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, di Indonesia ada empat yang di prioritaskan dalam kespro diantaranya :

* kesehatan ibu dan bayi

* keluarga berencana (KB)

* kespro remaja

* PMS dan HIV AIDS

Dari empat yang diprioritaskan Indonesia , paling berbahaya adalah penyakit HIV AIDS yang sampai detik ini belum ditemukan serum untuk mengobati penyakit HIV positif, tetapi kita dapat melakukan pencegahannya dengan tidak melakukan sexbebas, tidak memakai atau menggunakan jarum suntik secara bersamaan, tidak melakukan transfusi darah tanpa skaning HIV, dan lain sebagainya.

Dan bagi penderita yang telah dinyatakan positif terkena virus HIV AIDS, hendak nya kita tidak mengucilkannya karna mereka membutuhkan dukungan dan support dari kita agar mereka dapat melanjutkan hidup sampai Allah SWT memanggil mereka.

2. Saran

1. Kespro adalah basic dari kehidupan yang akan datang, apabila masalah ini di abaikan maka rusaklah masa depan bangsa.

2. Mengenai penyakit HIV AIDS, penyakit ini belum ditemukan obatnya untuk itulah kita harus melakukan pencegahannya.

3. Sangat diharapkan sekali kepada pembaca, hendaknya tidak menjauhkan atau mengucilkan penderita yang terkena positif penyakit HIV AIDS.

NB : http://www.geocities/sant_romi_88/KESPRO_REMAJA.rtf

h1

pengantar epid

April 21, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Epidemiologi dapat di ibaratkan seperti sebuah embrio diantara ilmu-ilmu pengetahuan. Setelah Perang Dunia Kedua , Amerika Serikat mulai banyak melakukan penelitian epidemiologik yang mencakup masalah kesehatan secara besar-besaran. Dan dapat dilihat beberapa diantara penelitian-penelitian yang telah dilakukan, sangat mempengaruhi jauhnya jangkauan kesehatan masyarakat masa kini.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk dapat meningkatkan derajat kesejahteraan hidup masyarakat, perlu diselenggarakan antara lain pelayanan kesehatan (health services) yang sebaik-baiknya. Dimana yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan disini adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok serta masyarakat.

Jika pelayanan kesehatan dikelola melalui suatu organisasi, ditujukan terutama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan sasarannya terutama ditujukan kepada masyarakat , maka pelayanan kesehatan yang seperti ini disebut dengan nama pelayanan Kesehatan Masyarakat (public health services).

Mengingat pentingnya epidemiologi dalam pelayanan kesehatan dan bahkan juga dalam penelitian dan pengembangan ilmu serta teknologi kesehatan, maka amat diharapkan kiranya setiap petugas kesehatan dapat mempelajari serta memahami epidemiologi tersebut. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini selain untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen, juga agar dapat dimanfaatkan, dipelajari, dan dipahami oleh pembaca dengan sebaik-baiknya, dan makalah ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal.

2. Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Untuk dapat mengetahui ilmu tentang pengantar epidemiologi.

2.2 Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui tentang perkembangan epidemiologi.

b. Dapat mengetahui pengertian epidemiologi.

c. Dapat mengetahui penelitian epidemiologi

d. Dapat mengetahui sejarah perkembangan epidemiologi.

e. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi epidemiologi.

3. Manfaat

a. Mahasiswa dapat mengetahui, menerapkan, dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.

b. Mahasiswa dapat pengalaman yang berharga terutama dalam memperoleh pengetahuan tentang epidemiologi dan keterampilan dalam menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat, dan dapat bekerjasama dalam berbagai bidang profesi, baik sesama mahasiswa maupun instansi terkait baik lintas program, maupun lintas sektoral dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan.

BAB II

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI

1. Defenisi Epidemiologi.

Dilihat dari berbagai defenisi epidemiologi yang telah dibuat oleh para ahli, maka dapat diketahui bahwa asal kata epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada masyarakat. (Epi = pada atau tentang, Demos = penduduk, Logos = ilmu). Dan saat ini epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan pada kelompok manusia srta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kita juga dapat mengetahui defenisi lama tentang epidemiologi yang mengatakan bahwa epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari penyebaran atau perluasan suatu penularan penyakit didalam suatu kelompok penduduk masyarakat.

Dengan adanya masalah pada penduduk seperti : adanya penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit deganerasi, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalulintas, bencana alam, peledakan penduduk dan sebagainya. Maka Omran (ahli epidemiologi : 1974) membuat defenisi tentang epidemiologi sebagai suatu studi mengenai terjadinya dan distribusi keadaan, kesehatan, penyakit, dan perubahan pada penduduk, begitu juga “determinan”nya akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

Menurut Mac Mahon dan Pugh, epidemiologi dapat didefenisiskan sebagaicabang ilumu yang emmpelajari penyearan penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia..

Untuk mempelajari dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penyebaran penyakit dapat digunakan dengan kegiatan epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Untuk melakukan kegiatan epidemiologi sesuai dengan pendapat para ahli diatas, maka dapat dilihat alur jangkauan dan kegiatan epidemiologi dibawah ini :

Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan kegunaan-kegunaan kita mempelajari apidemiologi tersebut adalah :

  1. Memperoleh pengertian mengenai cara timbulnya penyakit trauma.
  2. Memperoleh pengertian mengenai riwayat alamiah penyakit.
  3. Memperoleh pengertian mengenai penyebaran penyakit pada berbagai kelompok masyarakat.

Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni :

3.1 Frekwensi masalah kesehatan.

Frekwensi yang dimaksud disini menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia.

3.1 Penyebaran masalah kesehatan.

Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini adalah menunjukkan kepada pengelompokkan masalah keehatan menurut suatu keadaan tertentu. Dimana dalam epidemiologi keadaan tertentu yang dimaksud dibedakan atas tiga macam yakni menurut ciri-ciri : manusia (man), tempat (place), dan menurut waktu (time).

3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi.

Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunjuk kepada faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekwensi, penyebaran dan ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri.

2. Sejarah Perkembangan Epidemiologi.

Tokoh-tokoh di bidang kedokteran dan epidemiologi telah mengkaji penyakit dan cara penyebaran epidemi dalam kelompok manusia sejak awal dilakukannya pencatatan. Penelitian kecil harus dilakukan untuk memberikan kontribusi besar yang akan tercapai kemudian. Banyak keterkaitan antara kejadian yang harus ditemukan untuk mencari penyebab suatu penyakit. Kejadian tersebut tidak selalu muncul dalam urutan yang kronologis dan jelas, atau terjadi di negara yang sama, atau bahkan pada benua yang sama. Potongan temuan atau kegiatan dapat muncul kapan saja dan dibelahan dunia mana saja. Perkembangan sejarah epidemiologi ini dapat dibedakan atas emat tahap, yaitu :

2.1 Tahap pengamatan .

Cara awal untuk mengetahui frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi). Dari hasil pengamatan tersebut Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-377SM) lebih kurang 2400 tahun yang lalu berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan. Pendapt ini dituliskannya dalam bukunya yang terkenal yakni : Udara, Air, dan Tempat.

Sekalipun Hippocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya tersebut, karena memang pengetahuan untuk itu belum berkembang, tetapi dari apa yang dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran ini di pandang telah merupakan landasan perkembangan selanjutnya dari epidemiologi. Tahap perkembangan awal epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Penyakit dan Lingkungan”.

2.2 Tahap perhitungan.

Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan. Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan, dilakukan dengan bantuan ilmu hitung.

Ilmu hitung masuk ke epidemiologi adalah berkat jasa Jonh Graunt (1662) melakukan pencatatan dan perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota London. John Graunt tidak melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi, tetapi beralih kepada peristiwa-peristiwa kehidupan. John Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak Statistik Kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan Mengukur”.

2.3 Tahap pengkajian.

John graunt memang berhasil memberikan gambaran tetang frekwensi dan penyebaran masalah kesehatan, tetapi belum untuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena ktidak puasan terhadap hasil yang diperoleh, maka dikembangkan teknik yang lain yang dikenal sebagai teknik pengkajian.

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr (1839) yang melakukan pengkajian data. Dari pengkajian ini dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, seperti : adanya hubungan status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi penduduk.

Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow (1849) yang menemukan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. John Snow menganalisa pada dua perusahaan air minum di London yakni Lambeth Company dan Southwark & Vauxhall Company.

Pekerjaan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari data hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka tahap perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal dengan nama “Tahap Eksperimental Alamiah”.

2.4 Tahap uji coba.

Cara kerja uji coba tidak sekedar mengkaji data alamiah saja, tetapi mengkaji data yang diperoleh dari suatu uji coba yang dengan sengaja dilakukan. Uji coba ini telah lama dikenal di kalangan kedokteran, misalnya yang dilakukan oleh Lind (1774) yang melakukan pengobatan kekurangan Vitamin C dengan pemberian jeruk. Atau yang dilakukan oleh Jenner (1796) yang melakukan uji coba vaksin cacar pada manusia.

Penggunaannya dalam epidemiologi memang baru menyusul, kemudian, yakni setelah dilakukan penyempurnaan terhadap metoda yang digunakan berupa menerapkan prinsip Double Blinf Controlled Trial serta pengembangan aspek etis dari penelitian dengan objek manusia seperti misalnya yang tercantum dalam Kode Etik Kedokteran, Deklarasi Helzinki, dan Deklarasi Hak Asasi Manusia.

Saat ini uji coba banyak dilakukan di klinik (clinical trial) dan di lapangan (intervention study). Tahap ini dikenal dengan “Tahap Studi Intervensi”.

3. Macam-Macam Epidemiologi.

3.1 Epidemiologi Deskriptif.

Epidemiologi deskriptif hanya mempelajari tetang frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang perlu mencarikan jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi frekwensi, penyebaran atau munculnya masalah kesehatan tersebut.

Epidemiologi deskriptif ini menjawab pertanyaan siapa (who) dimana (where) dan apabila (when) dari timbulnya suatu masalah kesehatan, tetapi tidak menjawab pertanyaan kenapa (why) timbulnya masalah tersebut.

3.2 Epidemiologi Analitik.

Disebut epidemologi analitik apabila telah mencakup pencariaan jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan. Disini diupayakan tersedianya jawaban terhadap faktor- faktor penyebab yang dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan.

4. Manfaat epidemiologi

4.1 Membantu pekerjaan administrasi kesehatanDalam bidang administrasi kesehatan dapat membantu pekejaan dalam menyusun perencanaan (planning), untuk melakukan pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluation) dalan suatu upaya kesehatan.

4.2 Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan

Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, dapatlah disusun langkah-langkahpenanggulangan selanjutnya, baik yang bersifat pencegahan dan ataupun yang bersifat pengobatan.

4.3 Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit (natural hystory of disease).

Pengetahuan tentang perkembangan alamiah ini amat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak sampai berkelanjutan. Dalam menerangkan perkambangan alamiah suatu penyakit dapat melalui pemanfaatan keterangan tentang frekwensi dan penyebaran penyakit, terutama penyebaran penyakit menurut kurun waktu. Dengan diketahuinya waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit,dapat diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.

4.4 Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan.

Keadaan yang dimaksud disini merupakan perpaduan dari keterangan menurut ciri-ciri manusia, tempat dan waktu. Perpaduan yang seperti ini menghasilkan empat keadaan masalah kesehatan, antara lain :

  1. Epidemi.

Epidemi adalah keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekwensi yang meningkat.

  1. Pandemi.

Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (penyakit) frekwensi dalam waktu singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.

  1. Endemi.

Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (penyakit)frekwensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.

  1. Sporadik.

Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah (penyakit) yang ada disuatu wilayah tetentu frekwensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu.

5. Konsep dasar timbulnya penyakit.

a. Pengertian Penyakit.

Ada banyak pengertian tentang penyakit antara lain :

1. Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian, organ atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionary).

2. Penyakit adalah suatu keadaan pada mana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu perjalanannya (Van dale’s Groot Woordenboek der Nederlandse Tall).

3. Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar saja, akan tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest Hof te Amsterdam).

Dari batasan yang seperti ini dapat disimpulkan bahwa penyakit tidak lain adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak nrmal.

Dengan pengertian seperti ini, maka pengertian penyakit tidak sama dengan rasa sakit. Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif, sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat subjektif. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit, sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yangselalu mengeluh sakit tetapi tidak ditemukan penyakit apapun pada dirinya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit.

Pada tahun 1950, Gordon dan Le Richt menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni, Pejamu (Host), Bibit penyakit (Agent). Lingkungan (Environtment), yang sering disebut dengan ”Segitiga Epidemiologi”.

Pejamu (Host)

Lingkungan (Environtmen)

Bibit Penyakit (Agent)

1. Pejamu (Host).

Pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara lian :

Faktor keturunan.

Mekanisme pertahanan tubuh.

Umur

Jenis kelamin

Ras

Status perkawinan

Pekerjaan

Kebiasaan hidup.

2. Bibit Penyakit (Agent).

Bibit penyakit adalah suatu substansi atau element tertentu yang kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Subsansi dan element yang dimaksud banyak macamnya, yang secara sederhana dapat dikelompokkan kedalam lima macam yaitu :

a. Golongan Nutrien.

Golongan nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan, seperti : karbohidrat, putih telur, lemak, vitamin, mineral dan air. Jika seseorang mengalami kekurangan dan atau kelebihan zat gizi ini, akan timbul penyakit tertentu.

b. Golongan Kimia.

Adalah berbagai zat kimia yang ditemukan di alam (Exogenous Chemical Substance) dan atau zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (Endogeneous Chemical Substance).

c. Golongan Fisik.

Golongan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis. Pada umumnya dapat menimbulkan penyakit pada umumnya jika berada dalam keadaan luar biasa, baik dari sudut jumlah (kuantitas) atupun dari sudut mutu (kualitas).

d. Golongan Mekanik.

Golongan mekanik sering digolongkan pula kedalam golongan fisik. Jika ingin dibedakan ialah karena pada golongan mekanik unsur campurtangan manusia lebih banyak ditemukan, seperti misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain sebagainya.

e. Golongan Biologik.

Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologik dapat berupa jasat renik (mikro organisme) dan atau yang bukan jasat renik baik yang berasal dari hewan (flora) dan atupun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (fauna). Contohnya ialah metazoa (artropoda dan helmintes), protozoa, bakteria, riketsia, virus dan jamur.

Dari golongan diatas dapat digolongkan menjadi golongan a-biotis (gol 1 – gol 4), dan golongan biotis (gol 5). Penyebab penyakit yang tergolong dalam kelompok biotis, maka penyakit yang ditimbulkannya disebut dengan nama penyakit infeksi (Infectious Diseases).

Penyakit infeksi ini ada yang bersifat menular (Communicable diseases) dan ada pula yang bersifat tidak menular (Non Communicable Diseases). Berat ringannya penyakit infeksi yang dialami amat ditentukan oleh sifat bibit penyakit yang menyerang. Sifat tersebut dapat dibedakan atas empat macam yakni :

    1. Patogenisiti.

Adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu untukmenimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit (Diseases Stimulus)

    1. Virulensi.

Adalah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit.

    1. Antigenesiti.

Adalah kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh 9antigen) pada diri pejamu.

    1. Infektiviti.

Adalah kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri pejamu.

3. Lingkungan (Environment).

Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi.

Lingkungan dibedakan atas dua macam :

    1. Lingkungan fisik.

Adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia, seperti : cuaca, musim, keadaan geografis, dan struktur geologis.

    1. Lingkungan non-fisik.

Adalah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, seperti ; sosial budaya, norma, nilai, dan adat istiadat.

Salah satu peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam-macam, salah satunya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (Environmental Reservoir). Reservoir adalah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit. Ada tiga macam reservoir bibit penyakit lainnya, yakni :

a. Human Reservoir.

Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh manusia.

b. Animal Reservoir.

Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh binatang, yang karena satu dan lain hal dapat menyerang manusia.

c. Anthropode Reservoir.

Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh binatang antropoda.

Hubungan pejamu, bibit penyakit, dan lingkungan.

Hubungan antara ketiga faktor ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Pejamu

lingkungan

Bibit penyakit

Sehat

Pejamu

 

lingkungan

 

Bibit penyakit

 

Menderita penyakit karena daya tahan pejamu berkurang

Pejamu

lingkungan

 

Bibit penyakit

 

Menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat.

Pejamu

 

lingkungan

 

 

Bibit penyakit

 

Menderita penyakit karena lingkungan berubah

c. Perjalanan penyakit.

Dilihat dari proses yang terjadi pada orang sehat, menderita penyakit dan terhentinya penyakit tersebut yang dikenal dengan nama riwayat alamiah perjalanan penyakit (Natural History of Disease),terutama untuk penyakit infeksi, segera terlihat bahwa proses yang ditemukan secara umum dapat dibedakan atas lima tahap, antara lain :

  1. Tahap pre-patogenesis.

Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dan penyakit. Tetapi interaksi ini masih ada didalam tubuh, dalam arti bibir penyakit belum masuk dalam tubuh penjamu. Pada keadaan seperti ini penyakit belum ditemukan karena daya tabuh penjamu masih kuat. Dengan perkataan lain seseorang masih berada dalam keadaan sehat.

  1. Tahap inkubasi.

Disebut apabila bibit penyakit telah masuk dalam tubuh penjamu, tetapi gejala penyakit belum tampak. Masa ingkubasi suatu penyakit berbeda bera, ada yang beberapa jam dan adapula yang bertahun-tahun.

  1. Tahap penyakit dini.

Tahap ini dihitung mulai dari munculnya gejala penyakit. Pada tahap ini penjamu telah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan bagi yang berobat tidak melakukaan pengobatan hanya dengan berobat jalan.

  1. Tahap penyakit lanjut.

Penyakit makin bertambah hebat, berarti penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita tidak dapat lagi melakukan pekerjaan, dan jika datang berobat. umumnya telah memerlukan perawatan.

  1. Tahap akhir penyakit.

Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir, berakhiran berjalannya penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan yakni:

  1. sembuh sempurna

penyakit berakhir karna penjamu tumbuh dengan sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.

  1. sembuh dengan cacat

penyakit yang di derita berakhir dengan penderita menjadi sembuh. Kesembuhan tersebut tidak sempuna karna ditemukan cacat pada penjamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat disini tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental, cacat sosial.

  1. karier

pada karier perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri penjamu masih ditemukan bibit penyakit yang dapat mengakibatkan data tahan tubuh berkurang. Sehingga penyakit tumbuh kembali. Keadaan karier tidak hanya membahayakan penjamu tetapi juga membahayakan masyarakat sekitar karena dapat menjadi sumber penularan penyakit.

  1. Kronis

Disini perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah ( tidak bertambah berat dan tidak pula bertambah ringan). Dan pada dasarnya penjamu tetap berada dalam keadaaan sakit.

  1. meninggal dunia

terhentinya perjalanan penyakit bukan karena sembuh tetapi karena penjamu meninggal dunia.

d. Klasifikasi penyakit.

h1

pencemaran udara dan lingkungan

April 21, 2009

PENCEMARAN UDARA

DAN

LINGKUNGAN

1. LATAR BELAKANG

Tulisan ini mengetengahkan sekilas pandang mengenai pencemaran udara. pengertian, pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia serta teknologi terbaru untuk menguranginya. Semakin pesatnya kemajuan ekonomi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan akan transportasi, dilain sisi lingkungan alam yang mendukung hajat hidup manusia semakin terancam kualitasnya, efek negatif pencemaran udara kepada kehidupan manusia kian hari kian bertambah. Untuk itulah tulisan singkat ini dipersembahkan sebagai bahan awal untuk melangkah menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution).

Sementara itu pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emisi.

2. Zat-zat Pencemar Udara

Emisi Karbon Monoksida (CO)

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai . Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini [5]. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.

Nitrogen Oksida (NOx)

Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4]. NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:

a. Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)

Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO + NO2).

b. Prompt NOx

Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.

c. Fuel NOx

NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.

Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.

SOx (Sulfur Oxide : SO2, SO3)

Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:

S + O2 = SO2

SO2 + 1/2 O2 = SO3

Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.

Emisi HydroCarbon (HC)

Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.

Partikulat Matter (PM)

Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul sulfur.

3. Efek Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Tubuh

Tabel 1 menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat matter adalah beberapa parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari pantauan lain diketahui bahwa dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak sehat berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui merupakan daerah kategori sangat tidak sehat berdasarkan pantauan lapangan [1].

Tabel 1. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Kategori

Rentang

Karbon monoksida (CO)

Nitrogen (NO2)

Ozon (O3)

Sulfur dioksida (SO2)

Partikulat

Baik

0-50

Tidak ada efek

Sedikit berbau

Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan SO2 (Selama 4 Jam)

Luka pada Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 (Selama 4 Jam)

Tidak ada efek

Sedang

51 – 100

Perubahan kimia darah tapi tidak terdeteksi

Berbau

Luka pada Beberapa spesies tumbuhan

Luka pada Beberapa spesies tumbuhan

Terjadi penurunan pada jarak pandang

Tidak Sehat

101 – 199

Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung

Bau dan kehilangan warna. Peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma

Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih keras

Bau, Meningkatnya kerusakan tanaman

Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu di mana-mana

Sangat Tidak Sehat

200-299

Meningkatnya kardiovaskular pada orang bukan perokok yang berpenyakit Jantung, dan akan tampak beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata

Meningkatnya sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronchitis

Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh parnafasan pada pasien yang berpenyaklt paru-paru kronis

Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis

Meningkatnya sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis

Berbahaya

300 – lebih

Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber: Bapedal [1]

Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

Sumber: Bapedal [2]

Pencemar

Sumber

Keterangan

Karbon monoksida (CO)

Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri

Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)

Sulfur dioksida (S02)

Panas dan fasilitas pembangkit listrik

Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)

Partikulat Matter

Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri

Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3

Nitrogen dioksida (N02)

Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas

Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam

Ozon (03)

Terbentuk di atmosfir

Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam

Tabel 2 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun) [3]. Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.

4. Tentang Teknologi Penanggulangan Emisi dari Kendaraan

Secara sekilas teknologi penanggulangan emisi dari mesin dapat dikategorikan menjadi dua bagian besar yaitu Pengurangan emisi metoda primer dan Pengurangan emisi metoda sekunder [6]. Untuk pengurangan emisi metoda primer adalah sebagai berikut:

Berdasarkan bahan bakar :

· Penggunaan bahan bakar yang rendah Nitrogen dan Sulfur termasuk penggunaan non fossil fuel

· Penggalangan penggunaan Non Petroleum Liquid Fuels

· Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor diesel dan angka oktan bagi motor bensin

· Penggunaan bahan bakar Gas

· Penerapan teknologi emulsifikasi (pencampuran bahan bakar dengan air atau lainnya)

Berdasarkan Perlakuan Udara :

· Penggunaan teknologi Exhaust Gas Recirculation (EGR)

· Pengaturan temperature udara yang masuk pada motor

· Humidifikasi

Berdasarkan Proses Pembakaran :

· Modifikasi pada pompa bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar

· Pengaturan waktu injeksi bahan bakar

· Pengaturan ukuran droplet dari bahan bakar yang diinjeksikan

· Injeksi langsung air ke dalam ruang pembakaran

Sementara itu pengurangan emisi metoda sekunder adalah :

· Penggunaan Selective Catalytic Reduction (SCR)

· Penerapan teknologi Sea Water Scrubber untuk aplikasi di kapal

· Penggunaan katalis magnet yang dipasang pada pipa bahan bakar

· Penggunaan katalis pada pipa gas buang kendaraan bermotor

5. Akhir

Melihat kenyataan seperti dituliskan diatas, polusi udara merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang serius di Indonesia saat ini, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan peningkatan ekonomi transportasi. Uji kelayakan emisi yang sejak beberapa tahun terakhir didengung-dengungkan oleh pemerintah dan LSM ternyata juga tidak berjalan dengan yang diharapkan. Jumlah kendaraan bermotor di jalan raya kian hari semakin meningkat. Di wilayah DKI Jakarta pertambahan kendaraan tercatat 8.74% per tahun sementara prasarana jalan meningkat 6.28% per tahun [3], menambah semakin terpuruknya kondisi lingkungan udara kita. Penulis berharap semoga dengan kenaikan harga pokok bahan bakar minyak bagi kendaraan yang ditetapkan pemerintah dapat menjadi salah satu momentum bagi kita semua untuk melangkah berpikir tentang lingkungan udara yang sehat. Kesadaran masyarakat akan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan didukung dengan penyediaan angkutan massal yang baik dan nyaman oleh pemerintah akan menciptakan lingkungan udara yang sehat bagi manusia Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002, Presentasi Data ISPU – Januari 2002 hingga Desembar 2002.
  2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002, Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang.
  3. Kementerian Lingkungan Hidup, 2002, Status Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
  4. Nishida Osami, 2001, Actual State and Prevention of Marine Air Pollution from Ships, Review of Kobe University of Mercantile Marine No. 49, Kobe-Japan.
  5. Tempo Interaktif, 2005, Metromini Penyebab Pencemaran Udara Terbesar di Jakarta, Januari 2005.
  6. http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2005/01/18/brk,20050118-10,id.html
  7. Wright.A.A, 2000, Exhaust Emissions from Combustion Machinery, IMARE-London.